Total Tayangan Halaman

Selasa, 18 Januari 2011

KABUPATEN NATUNA

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN NATUNA

Kabupaten Natuna, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau, dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil Minyak dan Gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel.

Sejarah Kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kabupaten Kepulauan Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah otonomi, Kabupaten Natuna merupakan bahagian dan Wilayah Kepulauan Riau.Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 1999, dengan dilantiknya Bupati Natuna Drs. H. Andi Rivai Siregar oleh Menteri Dalam Negeri ad intrem Jenderal TNI Faisal Tanjung di Jakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia, Propinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1956 menggabungkan diri ke dalam Wilayah Republik Indonesia, dan Kepulauan Riau diberi status Daerah Otonomi Tingkat II yang dikepalai Bupati sebagai kepala daerah yang membawahi 4 kewedanaan sebagai berikut:

  1. Kewedanaan Tanjungpinang, meliputi Kec. Bintan Selatan (termasuk Bintan Timur, Galang,Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur).
  2. Kewedanaan Karimun, meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro.
  3. Kewedanaan Lingga, meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang.
  4. Kewedanaan Pulau Tujuh, meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan,Tembelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kewedanaan Pulau Tujuh yang membawahi Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur beserta kewedanaan lainnya dihapus berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965. Berdasarkan ketetapan tersebut, terhitung 1 Januari 1966 semua daerah administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapus.

Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau, yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai, dan Serasan dan satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan.

Seiring dengan kewenangan otonomi daerah, Kabupaten Natuna kemudian melakukan pemekaran daerah kecamatan, yang hingga tahun 2004 menjadi 10 kecamatan dengan penambahan, Kecamatan Pal Matak, Subi, Bunguran Utara, dan Pulau Laut dengan jumlah kelurahan/desa sebanyak 53.

Hingga tahun 2007 ini Kabupaten Natuna telah memiliki 16 Kecamatan. 6 Kecamatan pemekaran baru itu diantaranya adalah Kecamatan Pulau Tiga, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur dan Jemaja Timur dengan total jumlah kelurahan/desa sebanyak 75.

http://www.wisatabintan.com/kepulauan-riau/natuna


GEOGRAFIS KABUPATEN NATUNA

Secara geografis, Kabupaten Natuna terletak pada posisi antara 1,16°- 7,17° Lintang Utara dan 105°-110° Bujur Timur dengan luas area sekitar 141.901,2 km2. Luas daratannya hanya 3.235,2 km2 atau 2,28% dari luas keseluruhan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

  1. Sebelah utara berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja.
  2. Sebelah timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.
  3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tambelan, Kabupaten Kepulauan Riau.
  4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Semenanjung Malaysia dan Pulau Bintan, Kabupaten Kepulauan Riau.

Kabupaten Natuna terdiri dari 272 pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan. Pulau-pulau tersebut dikelompokkan dalam 3 gugusan:

  1. Gugusan Kepulauan Anambas yang terdiri dari Pulau Siantan dan Jemaja.
  2. Gugusan Pulau Natuna yang terdiri dari Pulau Selake, Bunguran, Midai dan Pulau Laut.
  3. Gugusan Pulau Serasan yang terdiri dari Pulau Serasan, Subi Besar dan Subi Kecil.

(http://203.77.237.21/EINVEST/homepage/2003/umum/0/lgeog.htm)


DEMOGRAFIS KABUPATEN NATUNA

Penduduk Kabupaten Natuna tahun 2005 berjumlah 93.644 jiwa, dengan laju pertumbuhan per tahun 4,29 persen. Selanjutnya jumlah rumah tangga pada akhir tahun 2005 berjumlah 23.785 dengan jumlah penduduk 93.644 jiwa yang terdiri dari 47.945 jiwa penduduk laki-laki dan 45.699 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk per km2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan tertinggi yaitu 124,10 jiwa per km2, diikuti oleh Kecamatan Midai 123,97 jiwa per km2.

http://www.wisatabintan.com/kepulauan-riau/natuna


OBJEK - OBJEK WISATA DI KABUPATEN NATUNA

PANTAI TANJUNG

Pantai Tanjung letaknya tidak jauh dari kota Ranai, dengan mengendarai motor kita bisa sampai, paling-paling memakan waktu 15 menit apalagi menggunakan kendaraan roda empat terasa lebih cepat. Jika kita menuju pantai tanjung, kita akan disuguhi pemandangan pohon kelapa dan laut karena kebetulan jalannya beada dipinggir pantai.

Sebenarnya ada beberapa pantai yang sering dikunjungi oleh orang Ranai selain pantai Tanjung dan Pantai Stress, tapi menurut saya pantai Tanjung lebih populer karena tempatnya dekat dan lagipula jalannya sudah bagus serta banyak yang berjualan makan dan minuman ringan.

Karena di Natuna ini satupun tidak ada Mall untuk shoping atau sekedar cuci mata, maka Pantai Tanjung merupakan tempat hiburan atau rekreasi yang murah meriah orang-orang Natuna khususnya orang ranai disaat waktu liburan. Biasanya pantai tanjung ramai dikunjungi pada hari minggu sore. Tua muda berkumpul disana untuk menikmati suasana pantai sambil mandi air laut. Mereka juga bisa menikmati makan dan minum disana, makanan yang disuguhipun menurut selera oang Natuna seperti Kernas, lempar pulut dan ubi, ketabol mando dan banyak lagi, nama-nama makanan tadi mungkin asing bagi orang kota atau selain orang melayu. Kalau minumannya selain minuman kemasan kita juga bisa memesan air kelapa muda. Tempat berjualanpun mereka buat sesederhana mungkin hanya berdinding kayu dan beratap daun malah ada yang berjualan sistem darurat, selesai berjualan mereka langsung mengemas tempat dagangan mereka dan langsung membawa pulang.

http://natuna.org/pantai-tanjung.html


BATU SINDU

Batu sindu ini mempunyai sebuah gua yang letaknya berada di Bukit Senubing tidak jauh dari kota Ranai-Natuna. Sesuai namanya lokasi yang indah ini di penuhi bebatuan yang besar di bibir bukit yang dibatasi dengan laut. Di depan batu Sindu ini kita bisa memandang Pulau Senoa dengan jelas dimana pulau tersebut memiliki cerita yang di kenal oleh masyarakat Natuna karena bentuknya mirip seperti seorang perempuan yang sedang hamil dalam keadaan berbaring. Sedangkan tidak jauh dari Batu Sindu kita juga bisa langsung melihat Batu Rusia yang terkenal dengan cerita sejarahnya karena di mana terjadi sebuah peristiwa pecah dan terdamparnya kapal orang Rusia.

Batu Sindu terkenal ceritanya dimana bermula dari sepasang kekasih yang bermadu kasih, yang mana sang pemudi berasal dari sebuah dusun di daerah Tanjung Datuk, sedangkan pemudanya jauh berada di Bukit Senubing.

Pada mulanya hubungan kasih antara keduanya begitu erat dengan ikatan janji sehidup semati sampai di jenjang pernikahan. Dalam waktu yang tidak begitu lama, keluarga kecil dari kedua belah pihak telah pula mendapatkan kata sepakat untuk memilih waktu yang tepat untuk melangsungkan peminangan dan hantaran dari pihak laki-laki yang ada di bukit Senibung (Batu Sindu) untuk berangkat ke Tanjung Datuk dimana pihak perempuan berada. Setibanya di Tanjung Datuk merekapun di sambut dengan tangan terbuka serta dengan jamuan yang memang diperuntukkan buat rombongan tersebut setelah menempuh perjalanan yang begitu melelahkan.

Di sinilah rencana bermula, ketika jamuan telah dicicipi bersama-sama tanpa sadar ataupun sengaja mencela, salah seorang keluarga dari pihak laki-laki terucap kata-kata yang mengatakan bahwa jamuan yang disajikan kurang sedap untuk dinikmati. Secara tak sengaja pula salah seorang dari pihak perempuan yang mendengarkan ucapan tersebut, sehingga celaan ini menyebar keseluruh keluarga dan kaum kerabat pihak perempuan. Tentu saja hal ini membuat segenap keluarga dari pihak perempuan merasa tersinggung dan seketika itu pula suasana yang seharusnya gembira berubah menjadi panas. Dengan hati yang panas pula, pihak perempuanpun membalas celaan itu dengan ucapan yang mencela pula. Keadaan sudah tidak bisa dibendung lagi, suasana sudah semakin panas dengan sumpah serapah tujuh turunan yang mana jangan sekali-kali orang yang berada di di Senubing menyebut-nyebut Tanjung Datuk begitu juga sebaliknya.

Akhirnya segenap rombongan dari pihak laki-laki di usir pulang dari Tanjung Datuk. Tak hanya itu pula mereka masih di sumpah dengan sumpah serapah mendapatkan bencana dalam perjalanan pulang. Dalam kesendirian sang pemuda masih terus merindukan sang putri, demikian pula sebaliknya. Mereka berharap suatu masa kasih mereka akan dipertemukan. Namun dari waktu ke waktu harapan itu tak kunjung tiba, yang tersisa hanya legenda serta bencana yang masih di yakini masyarakat apabila kutukan itu dilanggar terlebih bila berada di laut antara Batu Sindu dan Tanjung Datuk.

Demikianlah legenda Batu Sindu, sampai saat ini masih tertanam di hati masyarakat dan masih percaya dengan kutukan tersebut, jika kita berada di Batu Sindu pantang (tabu) menyebut nama Tanjung Datuk begitu pula sebaliknya jika berada di Tanjung Datuk pantang menyebut Batu Sindu. Jika di langgar maka akan terkena suatu masalah, termasuk bagi pasangan yang sedang berpacaran di daerah tersebut apabila melanggar akan terkena masalah terhadap hubungannya atau putus.

http://natuna.org/batu-sindu.html


PULAU SENOA

Cerita rakyat Natuna. Tentang kisah legenda pulau senoa adalah sebuah pulau yang terkenal karena bentuknya seperti orang lagi hamil dan dengan pemandangan pantai yang putih bersih memiliki jenis pasir kuarsa putih. Pulau Senoa yang biasa di panggil orang setempat asli ranai adalah pulau senue atau pulau senuou.

Pulau senoa ini letaknya berada di depan Desa Sepempang, jika kita ingin menuju kepulau ini harus menggunakan transportasi laut seperti pompong nelayan yang berjarak ± 20 menit. Pulau ini masih kental dengan pesan-pesan mistis dari penduduk setempat dimana kita tidak boleh mengucapkan kata-kata kotor dan berperilaku yang tidak pantas. Di bagian belakang pulau senoa terdapat sebuah goa dimana tempat burung wallet bersarang. Pulau ini selain tempat sarang burung wallet juga tempat habitat penyu hijau (hawke). Pulau Senoa terkenal memiliki legenda cerita rakyat dimana menyampaikan pesan-pesan yang mendidik dimana kita sebagai makhluk tuhan haruslah tolong-menolong tidak pelit dan senang membantu sesama.

Kata Senoa jika diterjemahkan dengan bahasa Siam Negeri Thailand yakni “TGI TSI NGSOO” yang berarti “PERUT MANUSIA” karena jika kita lihat pulau ini persis seperti orang yang lagi hamil sedang berbaring. Dalam Bahasa Melayu Senoa artinya sama dengan “pelit atau serakah”.

Nama Pulau ini mengandung cerita yang pantas kita simak, dimana pada jaman dahulu Seorang Datok Panglima Hitam mempersunting dan menikahi anak Raja Senubing yang cantik bernama Engku Patimah. Namun sayang Engku Patimah ini banyak yang tidak menyukai karena mempunyai kebiasaan buruk dimana ia terkenal dengan sifatnya yang sangat pelit. Segala barang-barang yang sekecil apapun tidak boleh dipinjamkan bahkan diberikan. Setelah sekian lama menikah dengan Datok Panglima Hitam, maka hamillah Engku Patimah ini. Pada saat hamil tua dalam usia sembilan bulan lima hari, Engku Patimah di tinggal sendiri oleh Datok Panglima Hitam yang hendak pergi memancing. Tiba-tiba pada saat tengah malam Engku Patimah mendengar suara yang memanggil mirip seperti suara suaminya, Suara panggilan itu terdengar semakin jelas “Abang pulang ni bawa ikan” bergegaslah Engku Patimah untuk melihat suaminya, alangkah terkejutnya Engku Patimah ternyata suara itu bukanlah suara suaminya melainkan suara makhluk yang menyeramkan dan langsung mencakar perutnya hingga anak yang ada dalam kandungan Engku Patimah hampir keluar dan tersangkut dan ia pun tewas serta berubah menjadi sebuah pulau yang berbentuk seperti orang lagi hamil yang kini di sebut Pulau Senoa. Kejadian ini dianggap sebagai balak atau karma bagi Engku Patimah karena sifatnya yang terlalu pelit.

http://natuna.org/legenda-pulau-senoa.html


KERAMAT BINJAI

Letak makam ini tidak jauh dari Desa Binjai yang masih masuk wilayah Kecamatan Bunguran Barat (Sedanau) terdapat makam ziarah yang sering dikunjung oleh masyarakat. Makam tersebut mempunyai cerita sejarah yang panjang asal mula Keramat Binjai.

Jika kita dari Ibukota Ranai ingin mengunjungi makam tersebut harus menyeberang sungai yang tidak jauh dari pelabuhan Binjai dengan menggunakan pompong.

Kuburan atau makam yang di anggap keramat oleh masyarakat Natuna ini lebih di kenal dengan nama Keramat Binjai atau Keramat Datuk Bungur, yang sampai sekarang masih tetap dikunjungi oleh peziarah.

http://natuna.org/keramat-binjai.html


PULAU SEKATUNG

Pulau Sekatung adalah pulau mungil yang berbatasan langsung dengan Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Luas daratan pulau ini hanya sekitar 1,65 kilometer persegi. ”Dari Pulau Sekatung, kita lebih dekat ke Ho Chi Minh City (Vietnam) daripada ke Jakarta yang berjarak 1.000 kilometer lebih. Penghuninya terdiri dari 5 KK, ditambah pengamanan dari 2 personil divisi navigasi, 1 Kompi Satgas Marinir. Pulau ini juga bagian dari 12 pulau – pulau kecil yang secara administratif masuk ke wilayah Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, berdasarkan Keppres R.I. Nomor 78 tahun 2005. Pulau Sekatung termasuk dalam 12 pulau terluar yang memerlukan penanganan khusus.

Mengingat letak geografisnya, tidak pelak Pulau Sekatung bernilai strategis. Pulau ini, bersama pulau terluar lain, menjadi titik dasar dari garis pangkal kepulauan yang menentukan wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen Indonesia. Sederhananya, Pulau Sekatung penting karena membentuk batas wilayah kedaulatan Indonesia.Meski bernilai sangat strategis, Pulau Sekatung baru berpenghuni pada 2007. Waktu itu, Pemerintah Kabupaten medirikan lima rumah untuk ditempati lima keluarga. Tak lama kemudian ditempatkan satu peleton pasukan TNI Angkatan Darat di pulau itu. Mereka memiliki pos penjagaan di area puncak bukit Pulau Sekatung. Pos ini menghadap ke Pulau Laut, bukan ke arah perbatasan dengan negara asing.

Dengan dikelilingi air laut yang masih bening, Pulau Sekatung sangat indah. Udaranya pun segar dan bebas polusi. Terumbu Karang Pulau Sekatung dikelilingi gugusan terumbu karang yang cukup lebar. Jarak antara batas daratan dengan bibir karang di bagian tenggara pulau tersebut mencapai 2 km. Pada saat surut terendah, sebagian areal perairan dangkal tersebut akan kering, kecuali bagian cekungan yang merupakan alur keluar masuk perahu atau kapal nelayan. Pada saat pasang dan digenangi air, ditemukan beberapa biota diantaranya penyu sisik, beberapa gerombolan ikan hias dan anakan ikan baronang. Terumbu karang ditemukan pada kedalaman 3-5 meter dengan persentase penutupan terumbu karang sekitar 9%. Genus-genus karang yang ditemukan di Pulau Sekatung adalah Porites, Acropora, Favites, Goniopora, Fungia, Pocillopora, Favia, Lobophyllia, Stylophora, Astreopora, Montipora dan Galaxea.

Jenis pantai di Pulau Sekatung yaitu pantai bertebing curam dan vegetasi yang dominan terdapat di pulau ini adalah semak belukar berupa pohon hutan dengan kerapatan 5 s/d 10 individu/100m2 yang tumbuh. Sayangnya, pulau ini memiliki fasilitas yang minim sehingga tak nyaman dihuni. Kondisi Pulau Sekatung juga tidak memiliki sumber air bersih. Situasi ini membuat makin sedikit warga yang benar-benar tinggal di Pulau Sekatung.

http://natuna.org/pulau-sekatung.html


GUNUNG RANAI

Kepulauan Natuna di wilayah provinsi Kepri juga memiliki andalan wisata gunung, walau sebagian besar wilayah ini adalah lautan. Gunung Ranai yang memilik ketinggian 1.035 di atas permukaan laut berada di pulau Ranai, pusat kabupaten di ujung utara wilayah Indonesia yang berbatasan dengan laut China Selatan. Natuna dengan luas wilayah 264.198 kilometer persegi sebagian besar adalah perairan dengan luas 262.197 kilometer persegi. Sebagai kabupaten yang memiliki area sangat luas, Natuna hanya berpenduduk 92.060 dengan laju pertumbuhan pertahun 0,87 persen. Suhu di Natuna versi BPS relatif dingin yaitu 22,7 derajat celcius.

Wartawan Perbatasan Utara Indonesia Riky Rinovsky Beserta Tim Petualang pekan lalu menelusuri kekayaan potensi alam Natuna. Sungguh luar biasa! Banyak objek wisata menarik di Natuna selain tentu saja wisata bahari ternyata memiliki gunung Ranai yang mempesona dan unik. Dikatakan unik karena di gunung ini banyak ditemukan jenis pepohonan langka dan tidak umum tumbuh di dataran ketinggian standardnya. Dari gunung ini, bisa tampak panorama Kota Ranai seperti keindahan Pantai Tanjung, pulau Senoa, pulau Kambing, selat Lampha, pantai Sebagul, pantai Teluk Selahang, pantai Setengar dan sebagainya. Gunung Ranai akan tampak menjulang begitu menjejakkan kaki di pulau Ranai. Gunung ini juga memiliki gradasi jenis- jenis tanaman yang berbeda dari hutan dataran rendah sampai hutan dataran tinggi.

Pada ketinggian tertentu, para pendaki akan menemukan tipe-tipe vegetasi yang memperlihatkan ciri khas pegunungan dataran atas yang biasanya tumbuh pada gunung di ketinggian 2.000 meter. Pada ketinggian 800 meter dpl, hutan di Gunung Ranai masih dominan ditumbuhi oleh jenis-jenis tanaman seperti meranti (dipterocarpaceae), rasamala (altingia excelsa), keruing (dipterocarpus spp0 dan turi (quercus spp). Sedangkan di atas ketinggian itu, tampak perubahan tipe vegatasi, yaitu perubahan dari tipe hutan dataran rendah ke tipe kawasan hutan dataran atas. Hal ini terlihat misalnya dari tumbuh-tumbuhan yang didominasi oleh semak, belukar, dan pohon-pohon dengan ukuran pendek seperti umumnya pada hutan dataran atas.

Fenomena alam ini biasa disebut sebagai hutan berawan dataran rendah (Lowland Cloud Forest). Hutan berawan (Cloud Forest) umumnya terjadi di wilayah pegunungan yang terdapat di pulau besar serta jauh dari pantai, atau bisa juga terjadi pada pegunungan di wilayah pulau yang kecil serta dekat dengan pantai.

Tipe hutan seperti ini sebagian wilayahnya sering diselimuti oleh kabut, sehingga memungkinkan tipe-tipe vegetasi tertentu dapat tumbuh di kawasan gunung tersebut. Untuk mencapai puncak Gunung Ranai, para pendaki harus melampaui tiga puncak berupa tebing batu dengan ketinggian yang berbeda-beda. Puncak pertama bernama Puncak Serendit dengan ketinggian 968 meter. Puncak ini merupakan gugusan tebing dengan tinggi mencapai 100 meter. Puncak selanjutnya adalah Puncak Erik Samali yang berada pada ketinggian 999 meter dpl. Puncak ini merupakan tebing kedua dengan tinggi tebing sekitar 150 meter. Sementara puncak ketiga (puncak tertinggi) bernama Puncak Datuk Panglima Husin, terletak pada ketinggian 1.035 meter. Seperti dua puncak sebelumnya, Puncak Datuk Panglima Husin juga merupakan tebing dengan ketinggian kira-kira 200 meter. (Laporan Tribunner, Rikyrinovsky dari Natuna Wartawan Perbatasan Utara Indonesia)

http://natuna.org/ayo-berpetualang-mendaki-gunung-ranai.html

Senin, 17 Januari 2011

KABUPATEN LINGGA

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN LINGGA

Pulau Lingga merupakan salah satu pulau yang terdapat di Propinsi Kepulauan Riau, sebagai Provinsi yang masih muda di Republik Indonesia Seiring dengan Azam Kabupaten Lingga yang telah mentasbihkan diri sebagai “NEGERI BUNDA MELAYU” mau tidak mau, segala hal ikhwal yang berkaitan dengan sejarah Kerajaan Riau Lingga, harus diungkit kembali dengan tahniah “mengangkat batang terendam”.

Sebagai upaya revitalisasi sejarah Kerajaan Lingga, Penulis ingin membuka tabir kejayaan Kabupaten Lingga yang dulunya dikenal seantero dunia sebagai” Negeri Bunda Tanah Melayu”, sehingga Melayu menjadi tuan di negerinya sendiri, Dan kata kata Hang Tuah “ Tak Melayu Hilang Di Bumi “akan tetap menjadi kenyataan, sesuai dengan Gurindam dua Belas.

BERTINGKAP ALAM BER-PINTU ILAHI, adalah Motto yang di hafal ketika Penulis mulai mendaratkan langkah di pulau yang masih dikatakan baru dijadikan Kabupaten, yakni Kabupaten Lingga, Motto tersebut bukan hanya digunakan untuk masyarakat penganut Agama Islam, melainkan untuk semua pemeluk agama, dan didalamnya banyak terserap Kebudayaan. Karena ditiap budaya yang ada di Negeri kita berpusat pada alam, disetiap pemeluk Agama pasti meyakini adanya Tuhan yang disembah, serta menjadikan moral sebagai nilai nilai yang sangat di-hormati.
Dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pemerintah 0tonomi yang semula 27 Propinsi menjadi 33 propinsi. Pemekaran yang lebih pesat terjadi pada Kabupaten dan Kota, karena disitulah fokusnya otonomi daerah itu.
Propinsi Kepulauan Riau sebagai Propinsi yang masih muda di Republik ini, telah memekarkan daerahnya sehingga sampai tulisan ini ditulis menjadi dua kota dan empat kabupaten. Dua Kota itu adalah : Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang. Sedangkan empat Kabupatennya adalah; Kabupaten Kepulauan Riau yang kemudian berubah menjadi Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Lingga.

Setelah berbagai usaha ditopang dengan berbagai kondisi daerah, baik dari sisi pertumbuhan penduduk, luas daerah, pendapatan asli daerah serta untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan dan berbagai as-pek lainnya, maka terealisasilah cita-cita tersebut dengan terbentuknya Propinsi Kepulauan Riau, dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 (Lembaga Negara Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nomor 4237). Sedangkan Kabu-paten Lingga terbentuk dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2003 (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4341). Dengan demikian jadilah Kabupaten Lingga sebagai daerah otonom termuda di Propinsi Kepulauan Riau.
Kabupaten Lingga yang Beribukotakan Daik, pada kegemilangan Raja-raja Melayu “tempo doeloe” dimana Kerajaan Melayu Riau Lingga terpusat di daerah ini. Kemudian barulah pusat kerajaan berpindah ke Pulau Penyengat Indra Sakti. Dalam bukti sejarah tersebut peninggalan masa lalu di Daik Lingga dan sekitarnya, terdapat Masjid Sulthan yang masih berdiri kokoh setiap saat digunakan masyarakat setempat sebagai pusat ibadah, juga ada bekas kamar 44 (empat puluh empat) bilik milik raja sebagai tanda keagungan raja sebagai seorang laki-laki, juga masih banyak lagi peninggalan sejarah yang saat ini ditempatkan di museum di ibu kota Kabupaten Lingga Yakni Daik.

Daerah ini terdiri dari lima kecamatan dengan 39 desa/kelurahan, selama masih menjadi bagian dari kabupaten Kepulauan Riau. Yakni Kecamatan Lingga dengan ibu-kotanya Daik, Kecamatan Lingga Utara dengan ibukotanya Pancur, Kecamatan Singkep dengan ibu-kotanya Dabo, Kecamatan Singkep Barat ibukotanya Raya. Serta Kecamatan Senayang dengan ibukotanya Senayang, Lima Kecamatan ini terletak pada tiga pulau yang berbeda. Kecamatan Singkap di Pulau Sing-kep. Kecamatan Lingga di Pulau Lingga, dan Kecamatan Senayang di Pulau Senayang. Disamping tiga pulau tersebut, masih banyak pulau-pulau lainnya, karena itulah Kepulau-an Riau ini dikenal dengan Negeri Segantang Lada. Di tiap pulau pulau masih menyimpan potensi yang beraneka ragam. Sumber Daya Alam Pulau Lingga dengan hutan-nya yang sangat lebat serta bersuhu udara yang dingin, karena terdapat Gunung Daik, yang menjadikan pulau ini subur, terdapat banyak rawa-rawa di daerah ini untuk ditanami sagu se-bagai tanaman utamanya. Lingga di-kenal sebagai penghasil sagu yang tidak saja di konsumsi masyarakat setempat, tetapi juga di eksport keluar negeri.

Dahulu Pulau Singkep terkenal dengan pulau penghasil Timah Indonesia terbesar setelah Bangka Belitung, dan menjadikan daerah ini sangat berkembang. Pulau Senayang dan sekitarnya terdapat alam karang lautnya yang masih dibilang perawan belum terjamah apapun serta asri. Juga dikenal tempat penghasil berbagai jenis ikan yang telah menjadi komoditi ekspor ke luar negeri serta pasokan ke berbagai daerah seperti Batam, Tanjung Pinang dan Jambi, Kecamatan Lingga Utara yang beribukota Pancur merupakan pusat perdagangan bagi masyarakat dari pulau-pulau terkecil yang mana masyarakatnya sangat teratur dalam kehidupan sehari-harinya, tidak sedikit masyarakatnya keturunan Cina, tetapi toleransi dalam ber-masyarakatnya sangat erat penuh persaudaraan, juga menghasilkan aneka ragam pangan yang berasal dari hasil laut, seperti; Ikan, Sotong kering. Bilis, Kerupuk Ikan. Udang dan masih banyak lainnya, juga hasil hutannya seperti Karet. Kelapa sawit, semuanya bukan untuk di konsumsi masyarakat setempat melainkan diekspor ke luar negeri, Penulis sempat menetap di daerah Kecamatan Lingga Utara ini selama satu tahun, yang dipimpin oleh seorang Camat yang sangat dekat serta erat dengan masyarakatnya.

GEOGRAFIS KABUPATEN LINGGA

Luas Wilayah

Luas wilayah keseluruhan + 211.772 Km2, yang terdiri dari Luas daratan 2.117,72 Km2 dan Luas lautan 209.654.28 Km2.

Batas Wilayah

  1. Sebelah Utara : Kecamatan Galang Kota Batam dan laut Cina selatan.
  2. Sebelah Timur : Laut Cina Selatan
  3. Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala.
  4. Sebelah Barat : Laut Indragiri.


Jumlah Pulau-Pulau

Jumlah Pulau berdasarkan hasil Verifikasi Pulau-pulau propinsi Kepulauan Riau sebanyak 531 buah.

  1. Yang berpenghuni : 92 buah termasuk Pulau Berhala
  2. Yang belum berpenghuni : 439 buah
  3. 1 buah masih menunggu Keputusan dari DEPDAGRI (Pulau Berhala)

DEMOGRAFIS KABUPATEN LINGGA

Penduduk

Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan, sebagaimana tertuang dalam Garis–Garis Besar Haluan Negara (GBHN).Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Salah satu usaha untuk menekan laju dari pertumbuhan penduduk tersebut dilakukan pemerintah melalui program Keluarga Berencana (KB).

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan persebaran penduduk. Pada Tahun 2006 penduduk dari Kabupaten Lingga tercatat 86.150 jiwa dengan kepadatan penduduk 41 jiwa per km2. Dibandingkan dengan tahun 2005 penduduk bertambah sebanyak 2.471 jiwa atau mengalami kenaikan sebesar 2,95 persen.
Penduduk terbanyak dan kepadatan tertinggi tercatat di Kecamatan Singkep yaitu sebanyak 27.466 jiwa dengan kepadatan 56 jiwa per km2. Kecamatan memiliki penduduk paling rendah adalah Kecamatan Lingga Utara yaitu 10.581 jiwa.

Ketenaga Kerjaan

Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi.

Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah sepeti kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan jadi bergesernya pola kependudukan secara keseluruhan.

Pada tahun 2006 terdapat 60,86 persen penduduk angkatan kerja dan 39,14 persen penduduk bukan angkatan kerja. Dari penduduk bekerja, sekitar 56,56 persen bekerja disektor pertanian yang mencakup tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

OBJEK - OBJEK WISATA KABUPATEN LINGGA

WISATA ALAM

GUNUNG DAIK

Gunung Daik adalah gunung non aktif yang memiliki 3 cabang dengan ketinggian 1165 mdpl. Cabang tertinggi disebut Gunung Daik, cabang menengah disebut Pejantan atau pinjam pinjaman dan cabang terendah disebut Cindai menangis. Kawasan sekitar Gunung Daik ini masih sangat alami dengan berbagai jenis flora dan fauna didalamnya.

Pada bulan Oktober 1998, tim ekspedisi dari Jakarta yang beranggotakan orang0orang yang sebagian berasal dari Australia yang melakukan pendakian berhasil melihat dan menilai tingkat kesulitan Gunung Daik setelah 3 (tiga) hari perjalanan dari Kota Daik. Mereka menyimpulkan bahwa Gunung Daik di puncaknya memiliki tebing terjal kurang lebih 150-200 m dengan tingkat kesulitan panjat tebing yang tinggi 5.9 – 5.11 North American Grade Standard.

WISATA RELIGIUS

MASJID SULTAN LINGGA DI DAIK

Didirikan oleh Sultan Mahmud Syah III di pusat kota Daik Lingga pada awal tahun 1801. Pada mulanya masjid ini menampung 40 orang, bersamaan di perbaharuinya masjid Sultan Riau di Penyengat, tempat bernastautinnya kedudukan YAMTUAN MUDA dan permaisuri pertamanya ENGKU HAMIDAH. Masjid Jamik Sultan Lingga inipun diganti dengan bangunan beton yang dibangun tanpa tiang sebagai penyangga dan dapat memuat 400 orang jemaah.

MASJID AZ ZULFA DI DABO SINGKEP

Masjid ini d ibangun pada tanggal 01 April 1961 (15 Syawal 1380) dan selesai: 15 Desember 1963 (29 Rajab 1383). Diresmikan: 05 Januari 1964 (20 Syaban 1383) dan siap digunakan mulai tanggal 10 Januari 1964 (25 Syaban 1383).

MAKAM YANG DIPERTUAN MUDA X RAJA MUHAMMAD YUSUF (MAKAM MERAH) DI DAIK

Terletak ±800m dari Situs Istana Damnah. Disebut juga Makam Merah karena dari awalnya berwarna merah. Makam Yang Tuan Muda ke-10 Riau Raja Muhammad Yusuf Al-Ahmadi, beliau adalah Yamtuan Muda Riau yang terakhir.

KOMPLEKS MAKAM TEMENGGUNG JAMALUDIN DAN DATUK KAYA MONTEL DI PULAU MEPAR

Terletak di Bukit Cengkeh, Jl. Sultan Abdurrahman, berjarak sekitar 25 meter sebelah barat aliran Sungai Tanda. Pintu gerbangnya terbuat dari besi berukuran tinggi sekitar 2 meter dan terletak di sisi tenggara. Di bagian tengah kompleks makam terdapat bangunan berdenah persegi delapan (oktagonal) yang merupakan cungkup makam Sultan Muhammad Syah.

(By BUKU TOURISM OBJECT LINGGA REGENCY)

WISATA SEJARAH

BENTENG PERTAHANAN DAN MERIAM

Untuk mempertahankan Kesultan Melayu Lingg-Riau Sultan telah menyiapkan beberapa benteng pertahanan yang diperlengkapi dengan meriam-meriam seperti Benteng Bukit Cening, Benteng Mepar dan Benteng Kuala Daik.

Benteng Bukit Cening terletak lebih kurang 2 km dari kota Daik. Benteng itu terletak di pinggir laut dan mengarah ke Mepar dan lalu lintas di sekitar Daik. Untuk menuju ke benteng tersebut dapat dilakukan dengan berjalan kaki dan di sana ditemukan 19 buah meriam. Fungsi benteng Bukit Cening adalah untuk pengintai dan pertahanan dari serangan musuh.

Benteng Mepar sangat penting kekdudukannya karena di benteng itu banyak ditempatkan meriam-meriam. Benteng Mepar terdapat diatas bukit dan petugas yang mengawasi benteng tersebut dari keturunan Datuk Kaya yang cikal bakalnya dari keturunan Megat Merah. Di benteng Mepar kepercayaan masyarakat di sana meriam ini pernah mengeluarkan tangisan karena tidak dibawa ke Retih menyerang orang pembengkang kepada Sultan.

Selanjutnya di Kuala Daik juga terdapat benteng yang disebut Venteng Kuala Daik. Di dekat itu terdapat mercusuar untuk menjadi arah bagi pelayaran yang akan memasuki Sungai Daik. Di benteng ini pernah ditemukan meriam-meriam dan dulunya disini diperkirakan banyak meriam. Namun sampai saat ini banyak yang menghilang.

Begitu juga di sekitar Kantor Camat banyak terdapat meriam, terbukti waktu membangun kantor itu banyak ditemukan meriam. Di muka rimah Camat terdapat dua buah meriam itu dinamakan Pecah Piring, dan sebuah lagi bernama Padam Pelita. Fungsi meriam itu dulunya dipergunakan untuk menobatkan raja atau menyambut tamu atau untuk ditembakkan pada upacara pemakaman raja. Saat pemakaman itu, meriam itu ditembakkan sebanyak 17 kali dan diantara tembakan itu dilakukan setiap 5 menit. Peninggalan yang lai Kesultanan Melayu Lingga-Riau adalah tiang bendera kerajaan. Tapak tiang bendera tersebut terbuat dari kuningan dan menurut berasal dari Eropa. Tiang bendera tersebut saat ini ditempatkan dimuka Kantor Camat Lingga.

Ada Pula Meriam Tegak di Dabi Singkep. Konon ada seorang putri dari kerajaan Lingga berkelahi dengan Pamgeran. Karena sesuatu hal, putri tersebut marah dan menancapkan sebuah meriam, yang sampai sekarang dapat dilihat di daerah pantau Batu Berdaun, namun meriam tersebut tidak diambil atau dicabut.

(By Buku Tanjungpinang Land Of Malay History)

Kamis, 13 Januari 2011

KABUPATEN KARIMUN

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN KARIMUN

Pulau Karimun dewasa ini cukup menjadi perhatian oleh berbagai pihak.Pulau ini selain merupakan tumpuan harapan para pencari kerja juga mendapat perhatian dari para pengusaha maupun pelancong yang datang di daerah ini. Pulau ini tampak megah dan indah dengan pegunungan maupun perbukitan yang memiliki kandungan hasil bumi yang melimpah ruah. Untuk mengenal lebih jauh mengenai Pulau Karimun, alangkah baiknya apabila melihat asal-usul Pulau Karimun yang sekarang sudah menjadi kabupaten tersendiri.

Pulau Karimun pada masa lalu yaitu pada masa Kerajaan Riau-Lingga yang berpusat di Pulau Penyengat merupakan sebuah wilayah dengan pusat pemerintahan di Meral. Dengan demikian, bukan yang tampak seperti sekarang ini dimana pusat pemerintahan berada di Tanjung Balai. Keadaan ini merupakan perubahan struktur pemerintahan seiring dengan proses sejarah yang berhubungan dengan kerajaan Riau-Lingga tersebut.

Pada tahun 1511 Kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis. Saat itu Sultan Mansyur Syah yang memerintah pada masa tersebut memberi larangan zuriat yaitu keturunan Raja-raja Malaka tinggal di Malaka. Hal itu dilakukan demi menjaga kelangsungan kehidupan keturunannya. Pada masa itu, menurut perkiraan Sultan Malaka apabila Malaka tetap melawan Portugis maka keturunan mereka akan musnah. Mengingat orang-orang Portugis selain memiliki pengaruh yang kuat juga mempunyai peralatan senjata yang lengkap. Oleh karena suasana yang tidak memungkinkan untuk kembali memerintah seperti semula, akhirnya Sultan Mansur Syah mengajurkan untuk mencari tempat yang bari yaitu mendirikan kerajaan-kerajaan kecil di tempat lain.

Oleh karena itu, tak lama kemudian munculah kerajaan-kerajaan seperti ; Kerajaan Indrasakti yang berkedudukan di Pulau Penyengat, kerajaan Indraloka yang berkedudukan di Tumasek, Kerajaan Indrapura yang berkedudukan di Siak, Kerajaan Indragiri yang berkedudukan di Rengat dan Kerajaan Indrapuri yang berkedudukan di Langkat. Kelima kerajaan ini merupakan pecahan dari kerajaan Malaka.

Sementara itu, rakyat dari kerajaan Malaka berpencar dan diantaranya tinggal di Pulau- pulau yang berada di Kepulauan Riau termasuk salah satunya adalah Pulau Karimun. Sejak Malaka diduduki Portugis di daerah ini terutama Selat Malaka merupakan tempat pelayaran kapal-kapal dari luar negeri yang berdagang ke Asia Timur. Kapal-kapal dari luar negeri yang berdagang ke Asia Timur. Kapal-kapal yang melewati pulau ini tidaklah selalu aman karena sering terjadi perompakan ditengah laut yang dilakukan oleh para lanon yang berkeliaran di daerah ini. Para lanon tersebut berasal dari orang-orang yang tinggal menetap di pulau-pulau sekitar Kepulauan Riau diantaranya Pulau Karimun. Diantara sekian banyak lanon, ada yang bernama pameral merupakan kepala perampok kelas satu yang tinggal di sekitar pulau karimun. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa pada masa lalu Pulau Karimun merupakan basis perompak atau bajak laut.

Raja Kerajaan Riau- Lingga yang memerintah di Pulau Penyengat sering mendapat laporan dari keamanan lautnya bahwa diperairan laut mereka sering terjadi perompakan diatas kapal-kapal yang melintas daerah ini. Oleh sebab itu kapal-kapal yang berlayar melalui Selat Melaka tidak berani berlayar malam. Mendengar kabar yang demikian, maka Raja Menjadi bimbang atas perairan di wilayah, untuk itu diadakan pengintaian terhadap aksi-aksi perampok itu dan dima kedudukan mereka.

Selanjutnya, Sultan mendapat Informasi yang menyatakan bahwa perampok-perampok itu berkedudukan di Pulau Karimun dan biangkeroknya bernama pameral. Oleh Sultan diadakan perundingan dikala Pembesar Kerajaan. Dalam musyawarah tersebut, salah seorang menteri mengusulkan untuk menangkap ketua perampok itu. Pameral pun di tangkap dan dibawa ke Pulau Penyengat. Selanjutnya, ia dimasukan dalam penjara.

Beberapa setelah Pameral ditanggkap, keadaan tidaklah menjadi aman sebagaimana diharapkan. Bahkan, frekuensi perompakan mennjadi lebih tinggi. Akhirnya para pembesar Kerajaan mengadakan perundingan kembali atas masalah yang sama. Dalam perundingan kali ini, Datok Bendahara menyarankan pameral dijatuhi hukuman pancong. Ia akan dibebaskan tetapi dengan syarat harus mengamankan para perampok yang berkeliaran di laut.

Setelah munsyawarah tersebut, pameral dipanggil untuk mengadap Sultan dan Sultan berkata Kepada pameral “ya pameral kalau kau bisa mengamanakan perampok-perampok di sekitar laut malake dose engkau akan diampunka, engkau tidak jadi dihukum bunoh.mendapatkan syarta yang demikian bukan main senang bagi pameral. Selepas raja berkata, ia pun mengangkat tangan menjunjung di bawah duli ia berkata: ampon patek tuanku, kalau memang syaratnye patek siap mengamankan perompak. Maka pameral kembali ke daerah karimun.dengan diiringin hulu baling kerajaan dan langsung mengamankan daerah ini dari bajak laut. Tak lama kemudian wilayah selat malaka menjadi aman begitu juga temoat tinggalnya.

Atas jasa-jasa tersebut pameral diangkat oleh raja menjadi batin pertama di daerah itu. Rajapun berkenan memberi tanah pada pameral sehingga berkembang sampai keanak cucunya. Tak lama kemudian raja abdul rahman yang berkedudukan di pulau penyengat mengangkat walik raja yaitu raja abdullah menjadi amir pertama di daerah ini.daerah tersebut dikenal daerah meral.

Begitulah ceritanya yang diperoleh menjadi awal mula pertama pulau karimun menjadi daerah pemukiman penduduk yang dilatar belakangi peristiwa sejarah dimasa lampau. Adapun beberapa asal usul daerah karimun yang dapat diangkat dalam tulisan ini adalah pulau karimun itu sendiri, tanjung balai dan pulau buru. Nama beberapa daerah yang diangkat dalam tulisan ini merupakan daerah yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan yang disebut daerah pemekaran.

GEOGRAFIS KABUPATEN KARIMUN

Kabupaten Karimun dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999. Pada awal terbentuknya wilayah Kabupaten Karimun terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Karimun, Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun nomor 16 tahun 2001, maka wilayah Kabupaten Karimun dimekarkan menjadi 8 (delapan) kecamatan, dan akhirnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun nomor 10 tahun 2004 dimekarkan lagi menjadi 9 (sembilan) kecamatan dan jumlah kelurahan sebanyak 22 kelurahan dan 32 desa, 327 RW (Rukun Warga) dan 945 RT (Rukun Tetangga).

Berdasarkan luas wilayahnya, Kabupaten Karimun merupakan Daerah kepulauan yang mempunyai luas 7.984 kilometer persegi yang terdiri dari wilayah daratan seluas 1.524 kilometer persegi dan wilayah perairan seluas 6.460 kilometer persegi. Secara astronomis terletak antara 0º35’ Lintang Utara sampai dengan 1º10’ Lintang Utara dan 103º30’ Bujur Timur sampai dengan 104º Bujur Timur, Kabupaten ini berbatasan langsung dengan :

  1. Utara : Selat Malaka dan Singapura.
  2. Selatan : Kecamatan Kateman Kabupaten Indragiri Hilir.
  3. Barat : Kec-Rangsang, Kab-Bengkalis dan Kec-Kuala Kampar Kab-Pelalawan.
  4. Timur : Kota Batam dan Kepulauan Riau.

Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Karimun memiliki 245 pulau dimana 3 (tiga) diantaranya merupakan pulau-pulau yang besar, yakni: Pulau Karimun, Pulau Kundur, Pulau Sugi. Laporan TPING menyebutkan bahwa dari hasil Inventarisasi 245 pulau di wilayah Kabupaten Karimun terdiri dari 73 pulau berpenghuni, 172 pulau tidak berpenghuni, 200 pulau benama, 45 pulau tidak bernama.

DEMOGRAFIS KABUPATEN KARIMUN

Pentingnya pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, jelas memiliki implasi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dan ekonomi. Penduduk Kabupaten Karimun per April tahun 2006 sudah mencapai 205.438 jiwa, terdiri dari 105.484 jiwa laki-laki dan perempuan cendrung stabil selama 3 tahun terakhir, yaitu berkisar 51% dan 49%.

(By. http://www.kab-karimun.go.id/kategori.php?kategori=233)

SARANA – SARANA KABUPATEN KARIMUN

HOTEL & HIBURAN UMUM :

Saat ini Jumlah Hotel & Hiburan Umum yang ada di Kabupaten Karimun adalah sebagai berikut :

KLASIFIKASI HOTEL PER JUNI 2006

  1. Bintang 2 (Dua) : 1 Hotel
  2. Bintang 1 (Satu) : 3 Hotel
  3. Melati : 71 Hotel

HIBURAN UMUM 2006

  1. Panti Pijat : 15
  2. Karaoke : 14
  3. Diskotik : 2
  4. Salon : 7
  5. Biro Perjalanan : 4
  6. Restoran : 50

OBJEK – OBJEK WISATA DI KABUPATEN KARIMUN

PANTAI PONGKAR

Dari berbagai tempat obyek wisata di Kabupaten Karimun, Riau, yang hingga kini belum tertata secara baik, salah satunya adalah Pantai Pongkar. Pantai yang letaknya di Kecamatan Tebing, atau sekitar 30 menit perjalanan melalui darat dari Tanjung Balai Karimun, ibu kota kabupaten, punya potensi wisata yang dapat dikembangkan di masa depan.

Pantai Pongkar yang luasnya 100 hektar letaknya berada di satu pulau dengan Karimun. Setiap wisatawan asing yang datang ke Karimun tidak mesti lagi menaiki kapal feri atau kapal pompong (boat) menuju lokasi, seperti obyek wisata Pulau Buru, Kundur, dan Moro. Wisatawan asing yang baru tiba di Tanjung Balai Karimun bisa langsung menuju lokasi melalui jalan darat.

Infrastruktur jalan menuju lokasi sudah tersedia dengan lebar badan jalan sekitar enam meter sehingga bisa dilalui dengan dua lajur kendaraan roda empat atau enam. Hanya saja, kualitas jalan belum mendukung.

Dari jarak sekitar 15 km menuju lokasi, sekitar tiga-lima km jalannya tergolong bagus. Selebihnya, keadaannya masih rusak. Bukan hanya sekadar berlubang, tetapi banyak onggokan-onggokan batu yang bertumpuk di tengah jalan, sehingga perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam tempo 30 menit menjadi 45 menit.

Bukan itu saja. Di Pantai Pongkar, para wisatawan juga bisa menikmati keindahan pegunungan di sekitarnya. Gunung-gunung yang dari jauh kelihatan berwarna biru tua itu, berada di sisi kiri dan kanan pantai sehingga jika wisatawan beristirahat di pantai merasa tidak bosan.

Bahkan, di kawasan pantai juga bisa diciptakan tempat-tempat pemancingan ikan dan menyelam (diving) di air laut.

Dari Pantai Pongkar, wisatawan juga bisa mengunjungi obyek wisata air (water fall) terjun yang letaknya sekitar dua kilometer ke arah tenggara. Menuju air terjun, wisatawan bisa menikmati keindahan alam dan hutan. Apalagi letak air terjun berada di perbukitan sekitar 700 meter ketinggiannya

(By. www.melayupos.com)

PANTAI PALAWAN

Pantai Palawan dapat dicapai dengan menggunakan taksi, bus, atau bersepeda motor sekitar 30 menit d Pantai Belawan dapat dicapai dengan menggunakan taksi, bus, atau bersepeda motor sekitar 30 menit dari Tanjung Balai Karimun. Pantai ini panjang dan berpasir putih. Tempatnya sangat menarik dan pemerintah daerah telah membangun rumah makan dan fasilitas lainnya. Banyak wisatawan domestik yang mengunjungi pantai ini pada hari Sabtu dan Minggu untuk berlibur.