Total Tayangan Halaman

Kamis, 06 Januari 2011

KABUPATEN BINTAN

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN BINTAN

Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan Kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Bintan telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga di manca-negara. Wilayahnya mempunyai ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan Kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.

Jauh sebelum ditandatanganinya Treaty of London, kedua Kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga menjadi semakin kuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaannya terletak di Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan Semenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada Tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau–Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai penguasa ditunjuk seorang Residen.


Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat dan diperintah oleh Asisten Residen (dibawah) perintah Residen. Pada 1940 Keresidenan ini dijadikan Residente Riau dengan dicantumkan Afdelling Bengkalis (Sumatera Timur) dan sebelum Tahun 1945–1949 berdasarkan Besluit Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17 Juli 1947 Nomor 9 dibentuk daerah Zelf Bestur (daerah Riau).

Berdasarkan surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 Nomor 9/Depart. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut :

  1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan (termasuk kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang).
  2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur dan Moro.
  3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan Senayang.
  4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Nomor 26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 Nomor 524/A/1964 dan Instruksi Nomor 16/V/1964 dan Surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 Nomor UP/247/5/1965, tanggal 15 Nopember 1965 Nomor UP/25 /5/1965 menetapkan terhitung mulai 1 Januari 1966 semua daerah Administratif kewedanaan dalam Kabupaten Kepulauan Riau dihapuskan. Pada Tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1983, telah dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang membawahi 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada Tahun yang sama sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1983 telah pula dibentuk Kotamadya Batam. Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian Kabupaten Kepulauan Riau.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari : Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan, yaitu : Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur. Kecamatan Teluk Bintan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Galang. Sebagian wilayah Galang dicakup oleh Kota Batam. Kecamatan Teluk Bintan terdiri dari 5 desa yaitu Pangkil, Pengujan, Penaga, Tembeling dan Bintan Buyu. Kemudian dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001, Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang statusnya sama dengan Kabupaten.

Sejalan dengan perubahan administrasi wilayah pada akhir Tahun 2003, maka dilakukan pemekaran Kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara menjadi Kecamatan Teluk Sebong dan Bintan Utara. Kecamatan Lingga menjadi Kecamatan Lingga Utara dan Lingga. Pada akhir Tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang-Undang No. 31/2003, maka dengan demikian wilayah Kabupaten Bintan meliputi 6 Kecamatan yaitu Bintan Utara, Bintan
Timur, Teluk Bintan, Gunung Kijang, Teluk Sebong dan Tambelan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan nomor : 12 Tahun 2007 telah dibentuk 4 Kecamatan baru sehingga saat ini Kabupaten Bintan memiliki 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Tuapaya hasil pemekaran dari Kecamatan Gunung Kijang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Mantang adalah pemekaran dari Kecamatan Bintan Timur, Kecamatan Sri Kuala Lobam adalah hasil pemekaran Kecamatan Bintan Utara.

(By www.bintankab.go.id)

GEOGRAFIS KABUPATEN BINTAN

Kabupaten Bintan terletak anatar 2000’ Lintang Utara – 1000’ Lintang Selatan dan 1040 Bujur Timur disebelah Barat – 1080 Bujur Timur disebelah Timur. Luas wilayah Kabupaten Bintan mencapai 88.038,54 Km2, namum luas daratannya hanya 2,21 persen atau sebesar 1.946,13 Km2.

Kabupaten Bintan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Natuna dan Malaysia Timur, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimanatan Barat, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lingga, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.

Kabupaten Bintan saat ini terdiri dari 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni sebagian sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan,

Dilihat dari topografinya, pulau-pulau di Kabupaten Bintan sangat bervariasi, namun tidak memiliki perbedaan ketinggian yang menyolok yaitu anatara 0 sampai 350 meter dari muka laut. Penonjolan puncak-puncak bukit antara lain Gunung Bintan 348 meter, Gunung Bintan Kecil 196 meter, Bukit Tinggi 132 meter dan Bukit Berat 126 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100 meter.

DEMOGRAFIS KABUPATEN BINTAN

Jumlah penduduk Kabupaten Bintan pada tahun 2009 sebanyak 127.404 jiwa. Dibanding dengan tahun 2008 penduduk bertambah sebanyak 2.346 jiwa atau mengalami kenaikan 1,8%.

Penyebaran penduduk bervariasi anatar kecamatan dimana sekitar dua pertiga dari penduduk, tepatnya 86,87% berdomisili di Pulaun Bintan. Kecamatan yang penduduknya paling banyak adalah Bintan Timur sebaesar 36.304 jiwa, diikuti Bintan Utara sebesar 20.916 jiwa, Seri Kuala Lobam sebesar 16.758 jiwa, Teluk Sebong 11.302 jiwa, Gunung Kijang sebesar 9.117 jiwa, Teluk Bintan sebesar 8.648 jiwa, Bintan Pesisir sebesar 8.151 jiwa, Toapaya sebesar 7.642 jiwa, Tambelan sebesar 4832 jiwa dan yang terendah adalah Kecamatan Mantang sebesar 3.734 jiwa. Bervariasi jumlah penduduk dan luas wilayah menyebabkan tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan juga bervariasi. Kepadatan penduduk Kabupaten Bintan tahun 2009 mencapai 68 jiwa per km2. Kecamatan yang paling padat tahun 2009 adalah Bintan Utara yaitu 92 jiwa per km2, Sedangkan terjarang penduduknya adalah Kecamatan Tambelan dengan 28 jiwa per km2.

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) Kabupaten Bintan sampai dengan tahun 2009 menjunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 73,60 poin, lebih baik dari tahun 2008 yan hanya 73,04 poin. Secara regional, IPM Kabupaten Bintan masih menduduki rangking ke-2 dari enam Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi kepulauan Riau.

Dilihat dari jenis lapangan usaha, sebagian besar masyarakat Kabupaten Bintan bekerja di sektor pertanian yaitu sebanyak 35,6% atau 28.807 jiwa. Sementara itu , sebanyak 26,7% atau sebanyak 21.605 jiwa bekerja di sektor perdagangan rumah makan dan hotel. Sektoryang paling kecil menyerap tenaga kerja adalah sektor listrik, gas dan air yaitu sebesar 0,7% atau 566 jiwa.

SARANA-DARANA KABUPATEN BINTAN

Transportasi

Di Kabupaten Bintan, transportasi sangat berperan sangat penting, baik dalam angkutan penumpang maupun angkutan barang dan jasa dari satu tempat ke tempat yang lain. Terdapat juga jalur antar kota, daerah dan lain sebagainya.

Transportasi di Kabupaten Bintan memiliki 2 angkutan, antara lain :

  1. Darat, yaitu melalui pelabuhan Roro. Pelabuhan ini terletak 100 km dari kota Tanjungpinang, daerah tersebut bernama Tanjung Uban. Disitu kita bisa ke Kota Batam menggunakan kendaraan beroda empat maupun kendaraan beroda dua.
  2. Laut, yaitu melalui Pelabuhan Kijang. Pelabuhan ini bisa mengantarkan penumpang yang ingin berlibur ke luar kota dan juga bisa mengantarkan barang atau jasa ke kota lain dengan menggunakan kapal yang berukuran yang sangat besar, dan rute perjalanannya ada yag ke Jakarta dan juga ada yang ke Natuna. Sedangkan Terminal Ferry Bandar Bentan Telani berada di daerah Bintan Lagoi, yang mana Pelabuhan tersebut juga bisa mengantarkan kita ke Pulau Batam, dengan menggunakan Kapal yang berukuran sedang yang biasa kita sebut speed boat.

Akomodasi

Di Kabupaten Bintan juga memiliki fasilitas penginapan yang tak kalah dengan kota-kota besar yang lainnya, ada yang berkelas tinggi ada juga yang sedang, seperti :

  1. Hotel Angsana, memiliki 135 kamar tergolong class berbintang 4
  2. Hotel Bintan Lagoon, memiliki 413 kamar, tergolong class berbintan 5.
  3. Hotel Nirwana Garden, memiliki 225 kamar, tergolong class berbintang 4
  4. Bintan Agro Beach Resort, memiliki 112 kamar, tergolong class berbintang 4
  5. Wisma Pesona, memiliki 51 kamar, tergolong mela

OBJEK – OBJEK WISATA DI KABUPATEN BINTAN

Ziarah Makam Bukit Batu

Tradisi ini diperingati setiap tanggal 27 Rajab oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kaki Gunung Bintan. Tradisi ini muncul sejak tahun 1943 atau bertepatan dengan zaman penjajahan Jepang. Semasa pendudukan Jepang ke Indonesia, tidak sedikit pemuda-pemuda Bintan yang diambil untuk melakukan kerja paksa. Pemuda-pemuda Bintan tadi dibawa tentara Jepang ke Thailand untuk bekerja disana. Puas menanggung kerinduan tadi, para kerabat di Bintan bernazar (niat), kelak apabila orang-orang yang dibawa Jepang tadi kembali dengan selamat, maka mereka akan berziah ke Makam Leluhur di Bukit Batu. Tidak sekedar ziarah, mereka juga benjanji akan membawa Pulut (Nasi ketan) Kuning dan sebiji telur serta berbagai hiasan. Doa pun terkabul. Akhirnya orang-orang yang dirindukan pun pulang, hingga masyarakat setempat berbondong-bondong menunaikan nazarnya ke Makam Bukit Batu.

Bintan Mountain Trekking

Jelajahi belantara Bintan dan nikmati pemandangan yang menakjubkan dari puncak Gunung Bintan setinggi 340 meter. Dalam petualangan selama 5 jam melintasi hutan, Anda akan menemukan pohon-pohon setinggi lebih dari 40 meter, serta binatang-binatang langka, seperti : silver leaf monkey, sun birds dan eagle. Selama petualangan, Anda akan belajar tentang kegunaan dan manfaat dari berbagai tumbuhan serta legenda pemandian putri-putri raja. Lepaskan rasa lelah Anda dengan mandi di bawah air terjun Gunung Bintan. Kemudian nikmati pesta durian gratis untuk Anda dan keluarga.

Pantai Trikota

Pantai di bagian Timur Pulau Bintan ini memiliki pesona alam yang mempesona, disertai bebatuan besar di pesisir pantai yang menyerupai prasasti. Pohon kelapa dan pepohonan lainnya tumbuh subur diatas bukit-bukit sampai menjorok ke bibir pantai. Uniknya lagi, banyak pula batu-batu besar yang teronggok di bibir pantai, bahkan sampai ke peraian. Batu-batu tersebut tidak hanya menambah keindahan, tetapi Anda juga bisa menikmati Matahari terbenam sambil duduk atau berdiri diatas batu. Di sekitar pesisir pantai juga tampak pulau-pulau kecil, yang disekitarnya banyak nelayan mencari ikan dengan sampannya. Waktu yang ditempuh menuju Pantai Trikora sekitar 60 menit dari Kota Tanjungpinang menggunakan jalur darat.

Bintan Resort

Menapakkan kaki di pantai Utara Pulau Bintan, anda akan menyaksikan pemandangan dan suana yang lain. Bintan Resort, dibangun diatas lahan seluas 23.000 hektar, menawarkan suasana yang cocok untuk beristirahat dan bersantai.

Kira-kira 20 menit dari Resort terdapat sebuah kampung tempat berbelanja yang khas yaitu Pasar Oleh-oleh. Pengunjung dapat membeli barang produksi lokal seperti kerupuk udang, sotong kering, ikan kering, souvenir, kerajinan tangan, baju dan masih banyak lagi di 24 outlet lainnya.

Taman dan Waduk Lagoi merupakan reservoir terbesar di Pulau Bintan yaitu seluas 41,7 km2 dan menampung sekitar 6 juta m3 air.

Mengikuti petualangan alam di hutan bakau Bintan Resort di Sungai Sebung. Hutan ini melindungi pantai dari erosi dengan menghambat sedimentasi akibat arus air dipermukaan tanah, menjaga air di pantai tetap bersih dan biru. Ini merupakan perjalanan mempesona melalui alam yang masih asli dan kaya tumbuhan dan kehidupan binatang liar yang eksotik diantaranya Macaque dan Kera berbulu perak, kadal monitor, ular dan burung sepert burung Bekakak dan Bangau Ungu. Di air, terdapat beraneka kehidupan laut seperti ikan karang, mudskippers, ketam, udang, udang Lumpur, keong, remis besar dan masih banyak lainnya.

Selanjutnya di Selatan, menyaksikan pemandangan kehidupan tradisional orang laut (sea gypsies), kelong (rumah penangkapan ikan yang dibangun di atas air), bubu (perangkap ikan statis) dan dapur pengeringan ikan tradisional. Perjalanan malam di sepanjang sungai dihiasi oleh kunang-kunang yang bergerak selaras. Pondok lumba-lumba adalah sebuah pulau penangkaran lumba-lumba sejauh 35 menit menggunakan kapal dari Pulau Bintan. Menyaksikan lumba-lumba hidung botol yang menampilkan bakat dan keahlian alami mereka. Rasakan pengalaman menyenangkan dan menyenangkan dengan berinteraksi secara langsung dengan lumba-lumbayang ramah.

Daya tarik terbaru adalah Real Bandung Factory Outlet (Bandung Factory outlet yang terbesar) terletak didekat Terminal Ferry Bandar Bentan Telani.

Berakit

Berakit sebuah desa nelayan yang sangat tradisional sebagian besar di sebelah timur laut Bintan, dengan rumah-rumah beratap (atap jerami) sepanjang muara sungai pasang surut. Banyak ‘orang laut’, penduduk asli pulau laut yang direlokasikan ke sini. Dikampung ini anda bisa melihat aktivitas sehari-hari dari komunitar nelayan Riau, seperti pengeringan beribu-ribu ikan bilis 9ikan kering) di bawah sinar matahari.

Sebung Pereh dan Busung

Sebung Pereh dan Busung adalah perkampungan kecil nelayan Melayu yang biasa dapat dijumpai di sekitar perkebunan kelapa di pantai. Penduduk kampung ini tinggal dirumah tradisional yang khas berbentuk panggung, berada diatas air dan hidup sederhana, sebagian hidup tanpa perlengkapan modern bahkan tanpa listrik.

Tanjung Uban

Kota terbesar kedua di Bintan, Tanjung Uban juga merupan gudang penyimpanan minyak dan ibukota kecamatan. Juga sebagai tempat keberangkatan menuju Batam, Dengan menggunakan utama berupa pelantar kita nisa mencapai rumah-rumah penginapan, rumah makan dan toko yang banyak dibangun di atas laut. Di belakangnya adalah jalan utama dengan bergagai temapat berbelanja, khas kota-kota kecil di pantai yang ada di Kepulauan Riau.

Kawal

Kawal terletak beberapa menit dari Trikora, sebuah pelabuhan tempat pelelangan ikan. Menjadi satu-satunya saluran air yang dalam di daerah timur laut, Kawal juga menjadi pusat perikanan di Bintan.

Dari jembatan di tengah kota, kita dapat menyaksikan pemandangan kapal nelayan, rumah-rumah dan pergudangan yang dibangun di atas panggung. Peninggalan masa lalu yang ada di Kawal adalah dapur pengeringan yang sangat besar yang dulunya digunakan untuk membuat arang dari “bakau” (kayu bakau).

Tidak ada komentar: